diabetes melitus cara menghindarinya

Diabetes Melitus

Diabetes Melitus  – Kenali Lebih Dekat Untuk Menghindarinya

Diabetes Melitus adalah sebuah penyakit di mana kemampuan tubuh untuk memproduksi atau merespons hormon insulin terganggu, mengakibatkan metabolisme karbohidrat yang tidak normal dan peningkatan kadar glukosa dalam darah dan urin.

Sekilas Tentang Penyakit Diabetes Melitus

Diabetes melitus merupakan kelainan metabolik yang diakibatkan beberapa faktor seperti kekurangan hormon insulin. Penyakit kencing manis ini juga bisa diistilahkan ketidakmampuan tubuh dalam memanfaatkan hormon insulin dengan tanda seperti hiperglikemia kronis serta gangguan metabolisme lemak, karbohidrat serta protein yang disebabkan oleh :

1. Defisiensi Transporter Glukosa
2. Defisiensi Sekresi Insulin, aktivitas insulin maupun keduanya
3. Maupun kedua hal tersebut.

Glukosa yang dimaksud bukanlah gula biasa yang bisa dibeli di pasar atau toko, namun glukosa disini ialah karbohidrat alami atau disebut karbohidrat sederhana yang dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi tubuh. Glukosa yang banyak dijual adalah sukrosa yang berbeda jauh dengan glukosa. Glukosa dengan konsentrasi tinggi dapat dijumpai pada soft drink (minuman ringan) serta beberapa buah-buahan.

Kadar gula dalam darah hanya menyatakan kadar glukosa darah bukan kadar sukrosa, fruktosa, laktosa dan maltosa. Kadar glukosa dalam darah dikontrol oleh sejumlah hormon. Pankreas merupakan tempat diproduksinya hormon insulin. Saat makan, pankreas memproduksi hormon insulin guna mengirimkan pesan kepada sel-sel pada tubuh lainnya.

Insulin akan memberikan perintah kepada sel untuk mengambil glukosa yang terdapat dalam darah. Glukosa ini dimanfaatkan oleh sel untuk memproduksi energi, dimana glukosa akan disimpan terlebih dahulu dalam bentuk glikogen dalam sel. Ketika gula darah berada pada tingkat tertentu, glikogen akan dipecah oleh sel-sel untuk membuat energi.

Klasifikasi Jenis Penyakit Diabetes Melitus

Diabetes melitus atau penyakit kencing manis ini memiliki jenis yang berbeda. WHO atau badan kesehatan dunia mengklasifikasikan penyakit diabetes melitus sesuai simtoma dan perawatan yakni sebagai berikut :

1. Diabetes Melitus tipe 1 (IDDM)

IDDM (insulin dependent diabetes melitus) merupakan diabetes yang terjadi akibat rasio dalam sirkulasi darah berkurang karena sel beta penghasil insulin pada pulau-pulau langerhans pada pankreas menghilang. IDDM bisa menyerang anak-anak dan dewasa. Hingga kini diabetes melitus tipe 1 ini tidak bisa dicegah dan tidak bisa disembuhkan meski dengan olahraga dan diet.

Diabetes melitus tipe 1 ini ditandai dengan simtoma ketoasidosis sampai kerusakan sel beta pada pankreas yang mengakibatkan autoimunitas yang bersifat idiopatik. Diabetes yang jelas patogenesisnya seperti defisiensi mitokondria atau fibrosis sistik tidak tergolong diabetes ini.

Mayoritas penderita IDDM memiliki berat badan dan kesehatan yang bagus ketika terkena penyakit ini. Selain itu respon dan sensitifitas tubuh terhadap insulin biasanya normal, terlebih pada tahap awal. Diabetes tipe 1 paling banyak disebabkan oleh kesalahan reaksi autoimunitas yang membuat sel beta pankreas hancur.

Reaksi autoimunitas bisa diakibatkan oleh infeksi yang terdapat pada tubuh. Diabetes tipe 1 saat ini hanya bisa diobati dengan insulin dan pengawasan yang teliti terkait tingkat glukosa darah lewat alat monitor pengujian darah. Penekanan diberikan juga pada penyesuaian gaya hidup baik melalui olahraga maupun diet.

2. Diabetes Melitus tipe 2 (NIDDM)

NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus) adalah diabetes yang tidak terjadi akibat rasio insulin pada aliran darah, namun kelainan metabolisme yang diakibatkan mutasi banyak gen. Begitupun gangguan sekresi hormon insulin, disfungsi sel ß, dan resistansi sel terhadap insulin.

Diabetes melitus tipe 2 disebabkan oleh defisiensi sekresi insulin yang kerap kali diikuti sindrom resistansi insulin.Pada tahap permulaan, kelainan yang timbul ialah sensitifitas terhadap insulin yang berkurang. Hal ini ditandai dengan kadar insulin dalam darah yang meningkat.

Hiperglisemia bisa diatasi menggunakan obat anti diabetes yang bisa mengurangi produksi gula dari hepar dan meningkatkan sensitifitas terhadap insulin. Tetapi dengan penyakit yang semakin parah, maka sekresi insulin juga semakin berkurang dan kadang terapi insulin juga diperlukan.

Penyakit diabetes melitus tipe 2 bisa diperlambat munculnya atau dicegah dengan membiasakan pola hidup sehat seperti :

a. Memelihara berat badan tetap ideal
b. Berolahraga selama 20 menit minimal 3 kali dalam seminggu
c. Pola makan yang sehat dengan meningkatkan konsumsi buah dan sayur
d. Mengurangi minum alkohol
e. Menghindari kebiasaan merokok

3. Diabetes Melitus Tipe 3 (Gestational Ddiabetes)

Diabetes gestasional yang meliputi: gestational diabetes melitus (GDM) dan gestational impaired glucose toletance (GIGT). Diabetes gestasional adalah diabetes yang cuma terjadi selama masa kehamilan dan setelah melahirkan akan pulih.

Namun dengan keterlibatan protein reaktif C dan interleukin pada lintasan patogenesisnya dapat merusak kesehatan ibu dan janin. Diabetes selama masa kehamilan terjadi kurang lebih 2 hingga 5% dari seluruh kehamilan. Diabetes gestasional bersifat temporer dan bisa menghilang maupun meningkat sesudah melahirkan.

GDM bisa disembuhkan, tetapi membutuhkan pengawasan medis yang cukup cermat selama kehamilan. Walau GDM bersifat sementara jika tidak ditangani dengan baik bisa mengancam kesehatan ibu dan janin.

Bayi bisa mengalami risiko seperti: cacat otot rangka, kelainan system syaraf pusat, penyakit jantung bawaan, dan makrosomia atau berat bayi diatas normal.
Hormon insulin janin yang mengalami peningkatan bisa menghambat produksi surfaktan serta bisa menyebabkan sindrom gangguan pernapasan.

Hiperbilirubinemia bisa terjadi karena sel darah merah yang mengalami kerusakan. Bahkan kematian sebelum kelahiran bisa terjadi pada kasus yang parah. Hal ini terjadi akibat perfusi plasenta yang kurang baik akibat kerusakan vascular. Induksi kehamilan bisa diindikasikan dengan fungsi plasenta yang mengalami penurunan.

Operasi sesar bisa dan akan dilakukan jika terdapat peningkatan risiko luka yang berkaitan dengan makrosomia misalnya distosia bahu maupun jika muncul tanda bahwa janin berada dalam bahaya .

Hubungan Gaya Hidup dan Hereditas Dengan Diabetes Melitus

Penyakit diabetes melitus bisa diturunkan, terlebih jika kedua orang tua merupakan penderita diabetes yang berat. Namun diabetes melitus tipe 2 cenderung lebih dipengaruhi oleh gaya hidup yang kurang baik.

Bahkan pasangan dimana salah satunya mengidap diabetes melitus tipe 2, maka yang sebelumnya pasangan tidak mengidap justru akhirnya 26% bisa mengidap diabetes juga. Hal ini akibat pasangan tersebut terpengaruh atau mengikuti gaya hidup yang dilakukan pasangannya.

Seringkali kaum pria lambat terdeteksi menderita penyakit diabetes melitus ini, sebab sesudah tahap anal, pria jarang memperoleh pemeriksaan laboratorium klinik. Sedang kaum perempuan paling tidak ketika hamil kerap memeriksakan diri ke dokter maupun laboratorium klinik.

Penegakan Diagnosis Penyakit Diabetes Melitus

Apabila salah satu faktor risiko diabetes melitus berikut terpenuhi maka perlu dilakukan diagnosa diabetes dengan melaksanakan tes gula darah saat puasa serta tes gula darah 2 jam sesudah makan.

Hal ini mengingat kedua tes diatas di laboratorium klinik sama besar biayanya dengan tes toleransi glukosa. Untuk itu sebaiknya anda langsung tes toleransi glukosa saja.

Adapun faktor yang memungkinkan resiko diabetes melitus terjadi antara lain :

  1. Usia 45 tahun keatas (kelompok usia dewasa tua).
  2. Tekanan darah tinggi diatas 140/90 mmHg.
  3. Kegemukan (IMT >27 (KG/M2) atau BB (kg) > 120% BB idaman)
    Contoh berat badan 87 kg dengan tinggi badan 1, 76 m
    IMT =87/1,76 2X 100%= 87/30976= 28 berarti diatas 27 sehingga mempunyai faktor risiko diabetes.
  4. Memiliki riwayat kehamilan dengan berat lahir bayi diatas 4000 gr.
  5. Memiliki riwayat keluarga diabetes melitus baik ibu, ayah dan saudara kandung.
  6. Dislipidemia (trigliserida > 250 mg/dl dan atau HDL < 35 mg/dl).
  7. Pernah mengalami Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) atau Toleransi Glukosa Terganggu (TGT).
  8. Riwayat diabetes melitus pada kehamilan.

Tidak sedikit orang yang beropini bahwa orang yang memiliki badan kurus tidak bisa terjangkit diabetes melitus. Pendapat ini tentunya kurang tepat, terlebih orang kurus yang memiliki perut buncit bisa dikatakan obesitas sentral.

Berdasarkan Public Health England tahun 2014 seseorang yang memiliki perut buncit baik kurus maupun gemuk, yang mempunyai lingkar pinggang diatas 80 cm untuk perempuan dan 90 cm untuk laki-laki, mempunyai 7 kali lebih besar beresiko terjangkit diabetes melitus dibanding yang tidak memiliki perut buncit.
Perut yang buncit berarti terdapat kelebihan asupan makanan dan bisa mengakibatkan terjadinya penyakit diabetes melitus.

Komplikasi Penyakit Diabetes Melitus

Seluruh bentuk diabetes menaikkan risiko komplikasi pada waktu jangka panjang. Hal tersebut berkembang sesudah 10 hingga 20 tahun, namun bisa juga gejala pertama timbul pada pasien yang belum terdiagnosa pada kurun waktu tertentu.

Beberapa komplikasi penyakit akibat diabetes melitus antara lain :

1. Ulcer di Bagian Kaki

Ulcer di bagian kaki merupakan komplikasi pada diabetes melitus yang umum dan bisa menyebabkan amputasi. Ulcer tersebut merupakan komplikasi lebih lanjut dari gangren baik basah dan atau kering.

2. Kerusakan Pembuluh Darah

Kerusakan pembuluh darah merupakan komplikasi utama jangka panjang penyakit diabetes melitus. Stroke merupakan penyakit pembuluh darah besar lainnya dan peripheral vascular disease merupakan penyakit pembuluh darah tepi.

Untuk komplikasi pembuluh darah mikro yang disebabkan diabetes antara lain kerusakan pada syaraf yaitu :

a. Diabetic Retinopathy

Diabetic retinopathy merupakan penyakit pada mata yang utamanya diakibatkan diabetes yang telah merusak bagian retina pada kedua organ mata sehingga mengakibatkan hilangnya penglihatan yang secara berangsur-angsur bisa berakibat kebutaan. Hal ini akibat kerusakan pembuluh darah yang terdapat di retina.

Orang yang menderita diabetes melitus 2 kali lebih beresiko terkena penyakit kardiovaskular, dimana sekitar 75% penderita meninggal karena diabetes diakibatkan penyakit jantung koroner.

b. Diabetic Nephropathy

Kerusakan pada ginjal akibat diabetes melitus ini bisa mengakibatkan kehilangan protein, menimbulkan parut dan tidak jarang mengalami ginjal kronis yang kadang membutuhkan transplantasi ginjal dan dialisa.

c. Diabetic Neuropathy ( Neuropati Diabetes )

Komplikasi utama dari diabetes salah satunya adalah kerusakan syaraf yang gejalanya meliputi: nyeri, tingling, numbness serta sensasi nyeri yang lain yang dapat mengakibatkan kerusakan pada bagian kulit. Kerusakan syaraf ini umumnya merupakan komplikasi diabetes melitus yang utama.

Diabetic foot misalnya diabetic foot ulcers bisa muncul dan susah untuk ditangani. Bahkan terkadang membutuhkan tindakan amputasi. Terjadinya hal ini dalam disembuhkan dengan ramuan dari produk Gravistro, dimana rasa kebas dan kesemutan akibat penyempitan tersebut dapat berangsur membaik.

d. Sebagai Pemicu Penyumbatan Pada Jantung (Koroner)

Selain hal diatas, dampak dari tingginya kadar gula dalam darah dapat mempercepat terjadinya penimbunan plak penyumbatan jika disertai kolesterol pada penyakit jantung maupun stroke iskemik. Sehingga diperlukan penanganan yang lebih baik dalam masalah ini, yang dikhawatirkan dari penyakit diabetes selain memang tidak baik untuk kelancaran darah adalah penyakit jantung koroner dan stroke iskemik akan semakin beresiko terjadi lebih cepat dibandingkan orang yang tidak memiliki riwayat penyakit diabetes.

Pengendalian Penyakit Diabetes Melitus

Setelah mengetahui tentang komplikasi diabetes melitus diatas tentunya kita merasa khawatir dan takut bukan. Jika sudah terlanjur terkena diabetes, maka upaya yang bisa dilakukan adalah melakukan tindakan pengendalian. Pengendalian diabetes melitus terdiri dari 4 pilar yakni :

1. Edukasi

Edukasi maksudnya adalah pasien wajib mengetahui bahwa diabetes melitus tidak bisa disembuhkan, namun dapat dikendalikan dimana pengendalian tersebut harus dilaksanakan selama seumur hidup.

2. Olahraga

Olahraga dibutuhkan untuk membakar kadar gula berlebih yang terkandung dalam darah. Namun dihindari olahraga yang terlalu berat, sekedar membakar kalori untuk mengurangi banyaknya gula pada dalam tubuh sebaiknya dilakukan cukup dengan berlari kecil ataupun berjalan kaki.

3. Makanan

Apabila makanan atau input buruk, maka hasil atau output juga akan buruk. Begitu juga jika makan melampaui diet yang telah ditetapkan, maka bisa membuat kadar gula dalam darah meningkat. Sebaiknya mengubah lebih banyak karbohidrat sederhana dengan karbohidrat kompleks untuk hasil yang lebih maksimal. Seperti mengganti nasi putih dengan kentang atau berat sehat (campuran merah dan putih).

4. Obat

Obat hanya jika dibutuhkan, namun jika kadar gula darah sudah turun dengan mengkonsumsi obat tidak berarti sudah sembuh, namun harus berkonsultasi dengan dokter apakah harus tetap minum obat dengan kadar tetap maupun minum obat yang sama dengan dosis yang diturunkan atau harus mengkonsumsi obat lain.

Pasien harus tahu tentang indeks glikemik dalam diet pasien yakni meningkatnya kadar gula darah sesudah mengkonsumsi makanan tertentu seberat 100 gr daripada minum 100 gr glukosa.

Kenaikan gula darah yang disebabkan minum glukosa tersebut mendapat nilai 100 serta makanan tersebut kurang dari 100, sehingga jika semakin semakin mendekati nol dan semakin jauh dari 100 semakin baik. Maksudnya, makanan tersebut mempunyai indeks glikemik rendah, sangat lambat dicerna serta tidak cepat menaikkan kadar gula darah.

Mengetahui muatan glikemik merupakan cara terbaik dalam diet diabetes melitus, yaitu berapa jumlah porsi zat tepung yang terkandung pada sejumlah makangan tersebut kali indeks glikemik dibagi 100. Sehingga jika mengkonsumsi makanan rendah indeks glikemik namun dalam porsi besar, maka tetap tinggi muatan glikemik dan pastinya tidak bagus untuk penderita diabetes.

Pasien diabetes dengan pengaturan makanan yang cukup terkendali tidak akan mengalami kesulitan jika berpuasa. Pasien dengan obat dosis tunggal yang cukup terkendali juga tidak kesulitan untuk berpuasa, obat bisa diberikan ketika berbuka puasa.

Bagi diabetes melitus yang terkendali dengan obat OHO (Obat Hipoglikemik Orat) dengan dosis tinggi dapat diberikan dengan sosis lebih besar sebelum berbuka puasa dibanding dosis ketika makan sahur.

Untuk pasien diabetes yang menggunakan insulin, bisa digunakan jangka menengah yang hanya diberikan ketika berbuka saja. Namun untuk pasien diabetes yang harus memakai insulin (DMTI) dengan dosis ganda, disarankan untuk tidak berpuasa ketika Ramadhan.

Hindari Efek Samping Penyakit Diabetes Melitus Dengan Produk Alami Gravistro

Kini dengan meningkatkan pengetahuan tentang diabetes melitus kita bisa meningkatkan kewaspadaan dari dalam diri untuk menghindari supaya penyakit ini tidak menyerang diri kita maupun orang-orang yang kita cintai.

Tindakan pencegahan baik dari pengaturan pola makan dan meningkatkan kebiasaan baik dengan olahraga merupakan contoh upaya yang bisa kita lakukan.

Gunakan produk Gravistro untuk membantu menghilangkan efek dan dampak dari penyakit diabetes yaitu neuropati diabetes dan kelancaran pembuluh darah agar terhindar dari resiko penyakit kardiovaskular.

Related Post

Artikel Terkait