stroke non hemoragik akibat penyumbatan

Stroke non Hemoragik Atau Stroke Iskemik

Apa Itu Stroke Non Hemoragik (Stroke Iskemik)

Stroke Non Hemoragik – Stroke merupakan salah satu penyakit mematikan yang banyak dialami oleh seseorang di seluruh dunia.

Penyakit Stroke Non Hemoragik ini mengakibatkan suatu kondisi neurologic deficit yaitu suatu keadaan tubuh mengalami penurunan fungsi pada gerak motorik, otot dan saraf.

Umumnya stroke non hemoragik terjadi pada seseorang yang sudah berusia diatas 55 tahun, namun tidak menutup kemungkinan seseorang yang berusia kurang dari 55 tidak bisa terkena stroke.

Hingga saat ini hampir 10% stroke terjadi pada usia dewasa muda yang menjadi tantangan bagi pra diagnosis dan pengobatan stroke.

stroke non hemoragik paling sering terjadi

Untuk mengetahui apakah orang tersebut terserang stroke atau tidak biasanya dilakukan pengetesan berupa scan pembuluh darah, scan otak, evaluasi jantung serta melakukan penilaian hematologi dengan menggunakan system diagnosis terbaik.

Stroke sendiri dibedakan menjadi dua jenis yaitu Stroke Hemoragik (stroke pendarahan) dan Stroke Non Hemoragik atau biasa disebut dengan Stroke Iskemik.

Namun kali ini kita akan membahas mengenai stroke non hemoragik.

Pengertian Stroke Non Hemoragik

stroke non hemoragik adalah stroke iskemik

Stroke Non Hemoragik adalah Stroke yang terjadi karena adanya sumbatan pada pembuluh darah akibat pembekuan darah yang terdapat di otak atau pada arteri yang menuju otak.

Umumnya hampir 90% stroke yang seringkali terjadi adalah jenis Stroke ini.

Situasi ini disebabkan karena kurangnya aliran darah dan oksigen pada otak akibat adanya sumbatan dari pembekuan darah yang biasanya terjadi karena kolestrol berlebih pada arteri.

Bukan hanya karena faktor kolestrol melainkan juga karena faktor usia, penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi dan karena merokok sehingga pembuluh darah mengalami penyempitan.

Pada usia tua, stroke lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pda laki-laki.

Faktor Penyebab Stroke Non Hemoragik

Ada banyak sekali penyebab seseorang menderita, mulai dari faktor pola makan, gaya hidup dan usia maupun keturunan.

Dari semua hal diatas, ada 5 penyebab utama terjadinya stroke non hemoragik, hindari hal – hal ini agar resiko penyakit stroke dapat diminimalisasi :

  1. Pikiran.
  2. Kolesterol Tinggi.
  3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) / Arteriosklerosis.
  4. Diabetes Melitus.
  5. Pola Makan dan Gaya Hidup.

Penjabaran poin penyebab Stroke Non Hemoragik :

1. Pikiran

Jangan menganggap sepele hal ini, orang yang cenderung mengalami stress cenderung memiliki resiko penyakit stroke non hemoragik lebih besar.

Hal ini disebabkan karena tekanan pikiran akan mengakibatkan metabolisme tubuh bertindak seperti memicu hipertensi (pembuluh darah tegang), peningkatan gula darah dan liver memproduksi kolesterol LDL lebih banyak.

2. Kolesterol Tinggi

Kolesterol yang dimaksud adalah kolesterol LDL, yaitu jenis kolesterol yang jika berlebihan pada tubuh, maka akan mengakibatkan penimbunan plak pada pembuluh darah kita.

3. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)

Serangan stroke non hemoragik dapat terjadi secara tiba – tiba, tekanan darah tinggi adalah salah satu pemicunya.

Tekanan darah yang tinggi mengakibatkan pembuluh darah tegang sehingga elastisitas pembuluh darah hilang.

Ditambah adanya plak penyumbatan dari kolesterol yang selama ini mungkin tidak kita sadari maka seketika serangan stroke akan terjadi.

4. Diabetes Melitus

Walaupun bukan faktor penyebab utama, namun perlu diwaspadai bahwa gula yang tinggi akan menghambat metabolisme, pembentukan kristal gula dan komplikasi.

Diabetes dapat menyebabkan terjadinya neuropati diabetes yaitu kerusakan saraf dan penurunan kualitas pembuluh darah.

5. Pola Makan dan Gaya Hidup.

Pola makan dan gaya hidup yang tidak sehat akan memicu munculnya keempat penyakit diatas.

Hindari makanan dan jajanan yang tidak sehat seperti gorengan, santan dan gula – gula.

Ganti minyak sayur anda dirumah dengan minyak jagung, perbanyak serat dan sayur serta hindari alkohol dan merokok.

Gejala Stroke Non Hemoragik

Untuk mengurangi resiko terjadinya stroke ini maka kita harus mewaspadai gejala awal yang terjadi pada seseorang yang menderita stroke.

Gejala yang terjadi juga berbeda-beda, tergantung seberapa parah sumbatan yang terjadi pada arteri menuju otak.

Berikut ini adalah gejala stroke non hemoragik yang harus anda waspadai untuk bisa melakukan tindakan pengobatan yang tepat :

  • Mengalami mati rasa pada sebagian anggota tubuhnya terutama pada bagian wajah, tangan dan tungkai. Biasanya kondisi mati rasa hanya terjadi pada bagian tubuh sebelah saja atau disebut dengan monoparesis, hemiparesis atau quadriparesis.
  • Tiba-tiba mengalami kebingungan dan sulit untuk berbicara karena lidah dan mulut yang kaku.
  • Penglihatan yang berkurang ketajamannya sehingga kesulitan mengamati benda yang ada disekeliling.
  • Kepala terasa sangat pusing sehingga kehilangan koordinasi atau biasa disebut dengan ataxia atau vertigo.
  • Rasa sakit yang teramat pada kepala seperti migrain.

Gejala tersebut bisa terjadi hanya pada salah satu gejala saja, namun kebanyakan gejala tersebut akan terjadi secara bersamaan.

Jadi, jika seseorang mengalami satu gejala saja dan setelah itu sembuh maka ada baiknya untuk segera memeriksakan ke dokter agar bisa dilakukan pengobatan awal untuk mencegah resiko stroke non hemoragik yang lebih parah.

Diagnosis Stroke Non Hemoragik

Untuk mendiagnosis apakah seseorang menderita stroke non hemoragik maka akan dilakukan pemeriksaan fisik berupa:

  • Pemeriksaan untuk mencari otot yang lemah, penglihatan dan berbicara serta memeriksa kesulitan bergerak.
  • Jika memungkinkan penderita bisa ditanya secara langsung mengenai gejala yang ia alami.
  • Setelah dilakukan diagnosis maka langkah selanjutnya bisa dilakukan pemeriksaan fisis stroke.
  • Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah tubuh pasien masih bereaksi atau tidak.
  • Biasanya pemeriksaan akan dilakukan dengan memeriksa tanda-tanda vital yaitu jalan napas, pernapasan dan sirkulasi.
  • Dokter akan memeriksa dan memastikan apakah pasien bisa bernapas dengan mudah, memastikan pasien bisa bernapas pada tingkat normal mulai dari 12-24 kali permenit serta dokter akan menghitung denyut nadi rata-rata dengan hitungan 60-120 kali per menit.
  • Pemeriksaan pada pasien yang menderita stroke ini juga berupa pemeriksaan mata untuk memastikan apakah ada perkembangan saraf optik yang biasanya mengalami penurunan sehingga akan ada gerakan abnormal.
  • Dilanjutkan pada bagian leher dengan mendengarkan bruit arteri karotis, jika terdapat suara potensial maka itu bertanda bahwa ada sumbatan pada arteri.
  • Dokter juga akan memeriksa tekanan darah pasien, untuk mengetahui apakah tekanan normal atau terlalu tinggi.
  • Pemeriksaan suhu tubuh pun juga diperlukan untuk mengetahui apakah suhu tubuh pasien normal atau tidak.
  • Terakhir adalah pemeriksaan dengan mendengarkan suara paru-paru untuk mengetahui kelainan yang terjadi.

Pemeriksaan & Penanganan Penunjang Stroke Non Hemoragik

Agar hasilnya tepat maka diperlukan pemeriksaan penunjang dengan melakukan pengambilan gambar dari structure tubuh pasien.

Pemeriksaan ini dilakukan dengan CT scan, CT angiogram, Scan MRI, MRA dan USG Doppler.

Pengobatan stroke non hemoragik bisa dilakukan dengan menggunakan cara 6B yang meliputi :

  1. Breath (pernapasan)
  2. Blood (darah)
  3. Brain (otak)
  4. Bladder (kandung kemih)
  5. Bowel ( gastrolnstestinal)
  6. Bone and body skin (tulang dan kulit).

Berikut ini adalah penjelasan ke 6 poin diatas :

1. Breath (pernapasan).

Ini merupakan penanganan pertama pada pasien yang terserang stroke non hemoragik.

Dokter akan memastikan bahwa pasien bisa bernapas dengan bebas dan kondisi paru-paru dalam keadaan normal. Jika terjadi masalah pernapasan maka pasien akan diberi bantuan oksigen.

Pemberian oksigen bisa diberikan 2 liter per menit dalam waktu 24 jam. Masker oksigen juga dibutuhkan untuk mengetahui gas darah pada arteri.

2. Blood (darah).

Penanganan ini dilakukan untuk memantau tekanan darah, glukosa darah, hemoglobin dan keseimbangan elektrolit. Tekanan darah harus tetap normal untuk memastikan aliran darah ke otak tetap tercukupi.

Pada fase stroke akut, jika penurunan tekanan darah dilakukan maka akan membuat penurunan aliran darah ke otak yang akan memperburuk keadaan.

Oleh sebab itu, tekanan darah pada penderita stroke non hemoragik tidak perlu diturunkan untuk menjaga aliran darah ke otak tetap normal.

Selanjutnya adalah memastikan bahwa kadar Hb darah harus tetap normal untuk metabolism otak.

Glukosa darah juga harus tetap di pantau. Kadar gula yang terlalu tinggi akan memberikan efek buruk pada penderita stroke.

Maka kadar gula harus tetap dijaga dengan ukuran 140-280 mg/dl.

Pemberian infuse glukosa harus dihindari karena bisa menyebabkan asidosis pada infark otak yang mengakibatkan udem otak.

Jika pasien memiliki kadar gula lebih dari 250-300 maka harus segera diberikan insulin.

Terakhir adalah dengan menjaga eletrolit agar kondisi pasien tetap stabil.

3. Brain (otak).

Ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam penanganan otak yaitu kesadaran, kejang dan peningkatan tekanan intracranial.

Penurunan kesadaran menjadi faktor paling penting dalam terapi stroke. Dalam penanganan ini akan dilakukan dengan penilaian pemahaman bahasa dan ekspresi.

Pemantauan ini bisa dilakukan selama 2-4 jam oleh pihak keperawatan. ST Scan juga bisa dilakukan setelah melakukan pemeriksaan pada gerakan mata, pulpil, reflex dan fundus okuli.

Sedangkan stroke yang mengenai kortikal otak, maka akan mengakibatkan adanya kejang pada pasien. Kejang ini harus segera dihentikan karena akan memburuk penderita stroke non hemoragik.

Cara menanganinya dengan memperbanyak asupan oksigen

Selanjutnya adalah tekanan intracranial. Umumnya edema otak sitotoksik terjadi setelah 24-96 jam setelah pasien terkena stroke akut.

Jika sudah seperti itu maka pasien harus diposisikan dengan posisi tegak 30° dan tidak diperbolehkan untuk berbaring selama 24 jam pertama.

4. Bladder (kandung kemih).

Tujuan dari penanganan ini dalah untuk menghindari terjadinya retensio atau bisa disebut dengan inkontinesia urine.

Sebisa mungkin para pasien stroke non hemoragik terhindar dari infeksi kandung kemih.

Katerisasi bisa dilakukan dengan mengetahui apakah pasien bisa berkemih lebih dari 6 jam.

Sebagain besar penderita stroke ini adalah orang tua yang memungkinkan adanya gangguan elektrolit.

Dehidrasi menjadi salah satu faktor yang memperburuk kondisi pasien karena akan terjadi kekentalan darah sehingga memperburuk proses penyumbatan di otak.

5. Bowe (gastrolnstestinal).

Pengelolaan nutrisi pasien sangatlah penting untuk mneghindari adanya gangguan pada system pencernaan pasien.

Gangguan pencernaan ini nantinya akan membuat pasien merasa gelisah dan tidak nyaman sehingga kondisi pasien semakin memburuk.

Pemantauan bisa dilakukan pada pembukaan usus. Jika terjadi sembelit maka enema sangat siperlukan.

Pemberian nutrisi juga tidak diperbolehkan untuk menghindari aspirasi.

Untuk mencegah terjadinya pendarahan gastrointestinal maka lebih baik pasien diberikan profilaksis antasida dan antagonis reseptor H2.

Terutama untuk pasien yang sebelumnya telah mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung aspirin, obat anti inflamasi non steroid, fibrinolitik, kortikosteroid dan antikoagulan.

6. Bone and body skin.

Jika tidak terjadi gerakan pada beberapa bagian tubuh pasien stroke non hemoragik maka akan terjadi peningkatan katabolisme, penurunan kapasitas vital, statis vena, statis urin, depresi psikologis dan menyebabkan gangguan pencernaan.

Sedangkan akibat terburuk yang terjadi adalah kolesistitis, ulkus dekubitus, thrombosis vena, pneumonia, infeksi saluran kemih dan emboli paru.

Penanganan bisa dilakukan dengan terapi fisik pada pasien selama 2 hari sejak terjadi onset stroke.

Posisi pasien juga harus diubah secara regular untuk pasien yang mengalami kelumpuhan atau kurangnya kesadran.

Terapi Spesifik Stroke Non Hemoragik

Terapi pada pasien stroke non hemoragik sangatlah penting untuk mengembalikan kondisi pasien yang sudah mengalami banyak gangguan akibat stroke.

Menurut pendekatan therapeutical dasar pengobatan spesfik untuk stroke non hemoragik dibagi menjadi 2, yaitu :

  1. Melindungi penumbrai iskemik yang terjadi karena kerusakan lebih lanjut karena merabolit toksik. Cara ini bisa dilakukan dengan menggunakan obat saraf, leucocyte adhesion inhinitors dan free radical scavengers.
  2. Meningkatkan suplai darah pada area penumbra iskemik. Peningkatan suplai darah ini bisa dilakukan dengan menggunakan obat trombolitik dan antikoagulan.

Bagaimana Menyembuhkan Penyakit Stroke Non Hemoragik

penyebab stroke iskemik dapat disembuhkan

Kita tahu bahwa ada 2 hal utama mengakibatkan terjadinya serangan stroke non hemoragik yaitu :

  1. Hilangnya Elastisitas Pembuluh Darah sehingga aliran darah tidak dapat terlewati dengan baik.
  2. Adanya penimbunan Plak Penyumbatan atau thrombus pada pembuluh darah syaraf di otak.

Jika kita dapat memperbaiki keduanya, maka tidak mustahil penyakit stroke non hemoragik ini dapat disembuhkan.

Kini terdapat produk alami yang dapat membantu mengembalikan elastisitas pembuluh darah dan melarutkan plak penyumbatan akibat timbunan penyumbatan arteri atau syaraf dari kolesterol.

Stroke bisa saja diobati, namun hal tersebut jika pasien dibawa kerumah sakit pada waktu yang tepat.

Waktu yang tepat adalah waktu dimana pasien baru beberapa jam setelah mengalami gejala pertamnya.

Semakin lama pasien dibiarkan dan tidak diberi penanganan maka akan semakin lama pula penyumbatan arteri terjadi.

Jika penyumbatan arteri lebih lama terjadi maka suplai darah ke otak akan berkurang sangat banyak.

Jika hal ini terjadi maka akan terjadi keruskan pada saraf-saraf penting dalam otak.

Itulah beberapa informasi mengenai stroke, salah satu penyakit mematikan yang mengancam siapa saja tanpa melihat jenis kelamin dan usia.

Jika sudah terjadi gejala awal maka pasien harus segera mendapat penanganan medis.

Karena stroke non hemoragik menjadi penyakit yang mematikan maka sebisa mungkin harus dihindari dengan berbagai cara.

Kesehatan menjadi sangat mahal jika sudah terkena penyakit stroke, karena pengobatannya tidak bersifat instan.

Artikel Terkait